HATI-HATI MENYEMPROT PEWANGI PADA HELM.
Hati-hati memberi pewangi pada helm. Maksud hati ingin menjaga agar bagian dalam pelindung kepala itu terhindar dari bau kecut. Namun, karena salah pilih jenis cairannya, itu bisa bikin kulit di kepala meradang dan iritasi.
Bukan mau menakut-nakuti. Misdi Purwanto dari Banten mengalaminya, yang menurut dokter akibat cuka atau asam acetat (C2H20 C00) menempel di kepalanya. Ini akibat salah aplikasi pewangi helm.
“Umumnya, pewangi helm dipakai untuk menghilangkan bau tengik atau folty acid (FA). FA muncul dari keringat yang berubah menjadi lemak dan teroksidasi menjadi bau,” ungkap Anthony Setiadi, ahli kimia yang mengambil gelar master di Amerika.
Untuk menghilangkan bau bisa dilakukan dengan 3 cara, yakni dibakar (HC + OH), diserap dengan karbon aktif, dan terakhir diberi kimia pengurai struktur bau alias anionik. Kimia ini membentuk detergen yang biasanya dikemas menjadi busa.
Adapun pewangi helm diformulasi dari biang parfum dan alkohol (C2H5 OH) yang mudah menguap. Saat helm dipakai, penguapan terjadi di sekeliling kepala. “Nah, di sinilah alkohol bercampur oksigen yang membentuk asam acetat. Makin parah ditambah keringat, lengkap baunya,” tambah Anthony.
Kesimpulannya, pewangi helm bukan mengusir bau, tetapi menutup aroma asam dengan biang parfum. Awalnya sih harum. Namun, saat alkohol menguap, helm yang sudah bau bakal tambah bau.
Menurut Martin, pengusaha pewangi helm yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, sebelum menggunakan pewangi, terlebih dahulu bagian dalam dibersihkan. Cara paling gampang, dicuci pakai detergen. Kalau mau lebih modern dengan dry cleaning atau disemprot pakai cairan busa pembersih helm berisi detergen, senyawa, dan onionik.
Setelah sumber bau lenyap, baru dikasih pewangi. Makin sip jika cairan pewangi dilengkapi antibakteri.